Sabtu, 04 Juni 2011

Budaya Dan Tradisi Korea

Nama : Karina Muliawati S
Kelas : 1EB18
NPM   : 23210838

Budaya Perkawinan

Kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarkan dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.
Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda.

 

Budaya Makanan


Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap.
Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi.

Kebiasaan / Tradisi


Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya.
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari bulan dan bintang), sancheonsin(dewa gunung dan sungai), yongwangsin(raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dangasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang.
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan “complete food session”.
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok) pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah sepanjang tahun.

Kesenian


Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “ lima dewa”.
Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum(sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar) dangayageum (alat musik mirip hyeonhakgumtetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas buah senar).
Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum (tarian perang), danchunaengjeon (tarian musim semi). Tarianchunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewasancheonsin atas panen yang berhasil.

Peninggalan Bersejarah

 

Di Korea terdapat banyak peninggalan sejarah yang berasal dari masa Dinasti Joseon, seperti Taman Jongmyo yang didalamnya terdapat banyak prasasti-prasasti dan disini biasa dilaksanakan upacara-upacara keagamaan atau mistik yang besar. Ada juga istana-istana Dinasti Joseion antara lain Gyeongbokgung (dibangun pada tahun 1394), Changdeokgung (tidak diketahui kapan dibangun tetapi bangunan ini ditemukan pada tahun 1592),Changgyeonggung (anak istana dari istanaChangdeokgung), dan Deoksugung yang saat ini telah dijadikan sebagai kantor Walikota Seoul.


Kiat Mengurangi Karbon Dioksida Di Atmosfer

Nama : Karina Muliawati S

Kelas : 1EB18
NPM : 23210838

Pemakaian sumber energi dari fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara telah mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam beberapa puluh tahun terakhir. Pemakaian ini diprediksikan akan tetap berlanjut dalam beberapa tahun ke depan. Masalah yang timbul dengan pemakaian sumber energi dari fosil tersebut adalah meningkatnya kandungan CO2 di atmosfer yang terjadi akibat proses pembakaran dari sumber energi fosil tersebut. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan pengembangan teknologi yang berfungsi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan efek dari CO2. Peningkatan pencemaran CO2 di atmosfer dapat kita lihat dari bukti-bukti yang ada diantaranya perubahan iklim dan acidifikasi dari lautan. Peningkatan CO2 salah satunya dipacu oleh meningkatnya kebutuhan sumber energi dari  fosil di India dan Cina dimana sebagian besar populasi dunia terpusat di kedua negara tersebut. Peningkatan pencemaran inilah yang mendorong beberapa ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang berguna untuk mengatasi bertambahnya konsentrasi CO2 yang ada. Diantara teknologi yang saat ini dikembangkan adalah CCS (Carbon Capture and Storage). Teknologi ini pada dasarnya adalah memisahkan dan menyimpan kandungan CO2 yang terbentuk akibat pembakaran bahan bakar fosil. Pemisahan CO2 dari campuran gas yang terbentuk akibat pembakaran bahan bakar fosil disebut carbon capture (penangkapan karbon). Saat ini ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam pemisahan karbon yaitu metoda sebelum pembakaran, metoda setelah pembakaran, dan metoda pembakaran Oxyfuel. Metoda sebelum pembakaran (pre-combustion) adalah metoda pemisahan karbon dari campuran hydrogen dan CO2 akibat pembakaran yang tidak sempurna dari gas alam. Hidrogen kemudian dibakar untuk menciptakan tenaga listrik. Metoda setelah pembakaran (post-combustion) adalah metoda penangkapan tekanan rendah dari CO2 dari gas setelah pembakaran. Ini dilakukan pada pembangkit listrik yang besar dan juga proses-proses industri. Metoda pembakaran Oxyfuel adalah metoda yang mengganti proses pembakaran dengan cara membakar bahan bakar fosil dengan oksigen murni . Proses pembakaran dengan cara ini hanya menghasilkan CO2 dan air yang sangat mudah dipisahkan nantinya. Setelah penangkapan karbon, proses berikutnya adalah penyimpanan dari CO2 itu sendiri.
Ada tiga alternatif yang dapat dilakukan dalam penyimpanan CO2.
1.  Memasukkan CO2 ke dalam tanah terutama pada lapangan-lapangan minyak dan gas yang bertekanan rendah sehingga nantinya mampu diharapkan untuk membantu mendapatkan minyak dan gas dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya. Proses ini banyak dilakukan pada tahapan EOR (Enhanced Oil Recovery) di sumur-sumur minyak yang telah berproduksi. Resiko dari cara ini adalah mungkinnya terjadi kebocoran sehingga CO2 nantinya dapat terlepas kembali ke atmosfer. Ini dapat terjadi karena berat jenis gas CO2 yang relative kecil.
2.  Memasukkan CO2 ke bawah dasar lautan terutama yang mempunyai kedalaman lebih dari 3000 meter. Pada kedalaman ini, berat jenis dari CO2 akan cukup besar dan dapat lebih besar dari air sehingga CO2 susah untuk menerobos ke atas dan menyebabkan terjadinya kebocoran.
3.  Melakukan mineral karbonisasi yatu dengan mereaksikan CO2 dengan magnesium atau kalsium oksida sehingga mampu menghasilkan mineral-mineral karbonat.
Dari ketiga alternatif diatas, sepertinya alternatif kedua yaitu memasukkan CO2 ke bawah dasar lautan sangatlah dapat diterima dan diharapkan dapat dilakukan secepat mungkin. Beberapa peneliti bahkan merekomendasikan untuk mewujudkan alternative kedua. Salah satu diantaranya adalah peneliti Charles Harvey dari MIT. Dia menjelaskan bahkan sedimen laut dalam yang ada sangatlah besar dan mampu menjadi reservoir dan menampung CO2 sampai beberapa ribu tahun mendatang. CO2 yang diinjeksikan ke bawah permukaan memang sangat ringan sehingga mempunyai potensi untuk menerobos ke permukaan. Tetapi kasus ini sangat kecil terjadi di laut dalam dimana lantai samudera sangatlah dingin sehingga fluida CO2 yang disimpan di bawah lantai samudera berubah menjadi lebih berat dari air dan tidak mampu muncul ke permukaan. Kombinasi dari temperature yang sangat rendah dan tekanan yang sangat besar mampu mengubah CO2 menjadi cairan yang lebih berat dari air. Lebih jauh lagi, pada tekanan dan temperature yang sangat ekstrim, CO2 yang diinjeksikan akan membentuk kristal-kristal hydrate, padatan yang menyerupai es yang membantu menutup pori-pori batuan sehingga membantu proses sealing dari batuan penutup di atasnya.
Kurt Zenz House, lulusan Harvard yang tergabung dalam penelitian mengatakan bahwa sekitar 22 persen atau sekitar 1.3 juta kilometer persegi dari ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dari lantai samudera di Amerika mempunyai kedalaman lebih dari 3000 meter. Dalam penelitiannya dia juga mengungkapkan bahwa pembuangan CO2 di Amerika per tahunnya dapat disimpan di sediment bawah laut dengan luas 80 kilometer persegi. Dengan perhitungan inilah dia menyatakan bahwa sediment di bawah laut mampu menyimpan CO2 dalam beberapa ribu tahun ke depan.
Peneliti-peneliti lainnya juga mengungkapkan bahwa sediment yang tipis dan permeable tidak cocok digunakan untuk menyimpan CO2 seperti daerah slope atau daerah yang cukup curam karena longsoran mampu membuat gas untuk keluar ke atmosfer.